√ Pengertian Sel Glia (Neuroglia)

Posted on

Pengertian-Sel-Glia

Pengertian Sel Glia (Neuroglia)

Sel Glia (Neuroglia) ini merupakan suatu sel yang memiliki fungsi ialah sebagai pendukung kerja sel saraf. Mereka membantu dalam sel saraf supaya bisa atau dapat menjalankan fungsinya itu dengan baik. Sel tersebut bisa atau dapat ditemukan pada sistem saraf pusat atau juga sistem saraf tepi. Diperkirakan di dalam otak kita, jumlah sel glial ini ialah setengah dari jumlah sel saraf (neuron).

Neuroglia ini berasal dari kata ‘nerve glue’ yang untuk pertama kali diperkenalkan iutu oleh Rudolf Virchow di  tahun 1854. Neuroglia ini tersusun atas segala macam sel yang dengan secara keseluruhan menopang, melindungi serta juga berperan yakni sebagai sumber nutrisi bagi sel saraf (Neuron), baik pada susunan saraf pusat (SSP) atau juga pada susunan saraf tepi (SST). Sel-sel glia ini memegang peranan sangat penting di dalam menunjang aktivitas neuron. Sel ini juga sangat penting bagi integritas struktur sistem saraf serta bagi fungsi normal neuron.

Neuroglia ini adalah sel penyokong untuk neuron-neuron SSP, sedangkan untuk sel Schwann itu menjalankan fungsi tersebut pada SST.


Klasifikasi Sel Glia (Neuroglia)

Sel-sel neuroglial ini, ditemukan pada parenkim otak serta sumsum tulang belakang, secara luas diklasifikasikan sebagai yakni:

  • Macroglia, ini dari ectodermal (saraf) asal, yang terdiri yakni dari astrosit, oligodendrocytes, serta glioblasts.
  • Mikroglia, ini berasal mesoderm.

Struktur dan Jenis Sel Glia (Neuroglia)

Terdapat 2 jenis sel glia :

1. Sel glia pada sistem saraf pusat

Di dalam sistem saraf pusat ini, terdapat 4 (empat) sel glia diantaranya :

1. Astrosit

Astrosit

Astrosit yang diberi nama demikian disebabkan karna berbentuk seperti bintang (astro yang artinya adalah“bintang”, sit adalah “sel”), merupakan sel glia yang paling banyak. Sel ini mempunyai fungsi penting, diantaranya sebagai berikut :

  1. Merupakan “lem” (glia artinya “lem”) utama SSP, astrosit ini menyatukan neuron-neuron di dalam hubungan ruang yang benar.
  2. Astrosit ini memiliki fungsi ialah sebagai perancah dalam menuntun neuron itu ke tujuan akhirnya selama perkembangan otak masa janin.
  3. Sel-sel glia ini memicu pembuluh darah halus otak tersebut menjalani perubahan anatomik dan juga fungsional yang berperan di dalam pembentukan sawar darah-otak.
  4. Astrosit penting di dalam perbaikan cedera otak serta di dalam pembentukan jaringan parut saraf.
  5. Sel ini memiliki peran di dalam aktifitas neurontransmitter. Astrosit menyerap serta juga menguraikan glutamat dan asam gama-amino butirat (GABA), yang masing-masing merupakan neurotransmitter eksitatorik serta inhibitorik.
  6. Astrosit ini juga menyerap kelebihan K+ dari CES otak di saat kegiatan atau aktivitas potensial aksi yang tinggi itu menglahkan kemampuan dari pompa Na+ – K+ itu mengembalikan K+ yang keluar itu ke dalam neuron. (Perlu untuk di ingat bahwa K+ tersebut meninggalkan neuron pada saat fase turun potensial aksi). Dengan menyerap kelebihan K+ tersebut, astrosit tersebut akan membantu di dalam mempertahankan konsentrasi ion CES otak yang sesuai agar eksitabilitas saraf normal.
  7. Meningkatkan pembentukan sinaps dan memodifikasi transmisi sinaps.

Terdapat dua jenis astrosit :

  1. Astrosit protoplasmatis ini terdapat banyak pada substantia grisea. Sel-sel tersebut memiliki  tonjolan-tonjolan sitoplasmatis yang meluas itu pada seluruh permukaan sel. Kadang-kadang tonjolan tersebut tersebut berakhir pada pembuluh darah kecil yakni sebagai cabang-cabang yang lebih kecil membentuk “perivascular feet”. Di dalam sitoplasmanya ini bisa atau dapat diperlihatkan butir-butir yang dinamakan gliosom.
  2. Astrosit fibrosa ini sebaliknya ini terdapat lebih banyak di dalam substanstia alba. unutk melihat Perbedaannya ialah dengan astrosit protoplasmatis itu bisa atau dapat dilihat dari tonjolannya yang lebih panjang dan juga lurus de­ngan sedikit ada percabangan. Di dalam tonjolan-tonjolan tersebut juga ter­dapat gambaran filamen.

2. Oligodendrosit

Oligodendrosit

Oligodendroglia ini bentuknya lebih kecil dibandingkan astrosit dengan cabang sitoplasmanya lebih pendek serta jumlah cabang sedikit (oligo= sedikit). Intinya kecil, serta sitoplasma disekitar inti sedikit, tampak ialah sebagai pinggiran perinuklear. kompleks Golgi, Mengandung ribosom, mikrotubulus serta neurofilamen.
Sel ini utamanya berada pada substansia grisea yang berhubungan sangat erat dengan perikarion neuron (merupakan sel-sel satelit perineuronal) serta juga pada substansia alba di dalam jumlah yang sedikit yang terletak di antara berkas-berkas akson. Lainnya itu terletak dekat dengan pembuluh darah (perivaskular).
Fungsi oligodendroglia ini ialah membentuk selubung mielin di SSP serta ialah sebagai sel penyokong. Cabang sitoplasma yang serupa daun dari badan-badan sel meluas melingkar mengitari serat-serat saraf itu dengan secara spiral. Tiap oligodendroglia ini memiliki beberapa cabang sehingga bisa atau dapat membentuk sarung-sarung myelin itu disekitar beberapa serat-serat saraf yang berdekatan.

Oligondendrosit ini membentuk selubung mielin insulatif itu disekitar akson SSP. Oligodendrosit ini mempunyai beberapa juluran memanjang yang tiap-tiap ini membungkus (seperti dadar gulung) sepotong akson antarneuron dalam membentuk segmen mielin.

Oligodendroglia atau oligodendrosit ini seperti astrosit mempunyai silinder sitoplasma yang panjang serta merupakan sel glia yang bertanggung jawab menghasilkan myelin di dalam SSP. Tiap-tiap oligodendroglia mengelilingi beberapa neuron serta membrane plasmanya ini membungkus tonjolan neuron sehingga membentuk selubung mielin. Mielin pada SST dibentuk oleh sel Schwann. Fungsi pada oligodendrosit ini ialah membentuk selubung mielin pada SSP.


3. Mikroglia

Mikroglia

Mikroglia ini merupakan sel pertahanan imun SSP. Sel “pembersih” ini yakni “sepupu” monosit, sejenis sel darah putih yang meninggalkan darah serta juga membentuk lini pertama pertahanan pada berbagai jaringan di seluruh tubuh. Mikroglia ini berasal dari jaringan sumsum tulang yang sama dengan yang menghaslkan monosit. Selama perkembangan masa mudigah, bermigrasi ke SSP, tempat sel-sel ini berdiam diri yakni sampai diaktifkan oleh infeksi atau juga cedera.

Di dalam keadaan istirahat, mikroglia merupakan sel “berbulu” itu dengan banyak cabang panjang yang memancar keluar. Mikroglia di dalam keadaan istirahat ini bukan sekedar sel pengawas. Sel tersebut mengeluarkan faktor-faktor pertumbuhan di dalam konsentrasi yang rendah, misalnya faktor pertumbuhan saraf, yang membantu neuron serta sel glia lain bertahan hidup serta juga tumbuh. Apabila terjadi masalah pada SSP, mikroglia tersebut kemudian menarik cabang-cabangnya itu, membulat, serta juga menjadi sangat mobile,kemudian bergerak menuju daerah yang bermasalah itu guna menyingkirkan seluruh benda asing atau juga sisa jaringan. Di dalam keadaan aktif, mikroglia ini mengeluarkan bahan-bahan kimia dekstruktif dalam menyerang sasaran mereka.


4. Sel Ependim

Sel-Ependim

Sel Ependim ini melapisi bagian di dalam rongga-rongga berisikan cairan di SSP. Pada saat sistem saraf tersebut berkembang pada masa mudiga itu dari tabung saraf berongga, rongga sentral awal pada tabung ini dipertahankan serta dimodifikasi dalam membentuk ventrikel serta kanalis sentralis. Ventrikel ini terdiri dari 4 rongga yang saling berhubungan didalam interior otak dan juga juga bersambungan itu dengan kanalis sentralis sempit yang membentuk terowongan pada bagian tengah medulla spinalis. Sel-sel ependim yang melapisi ventrikel tersebut ikut membentuk cairan serebrospinal,suatu topik yang akan segera kita bahas. Sel-sel ependim ini ialah salah satu dari beberapa jenis sel yang mempunyai silia. Gerakan silia sel ependim ini ikut berperan didalam mengalirkan cairan serebrospinal itu diseluruh ventrikel.

Fungsi sel ependim ini ialah untuk melapisi bagian di dalam rongga otak serta juga medulla spinalis, ikut membentuk cairan serebrospinal, ini memiliki fungsi ialah sebagai sel puncaneuron dengan potensi membentuk neuron serta juga sel glia baru.


2. Sel glia pada sistem saraf tepi

Sel Schwann

Pengertian-Sel-Schwan

Di akson sistem saraf tepi tersebut, sel Schwann ini akan memungkinkan terjadinya suatu transduksi sinyal elektrik dari dendrit itu menuju kepada terminal akson, itu dengan cara melilitkan membran plasma itu dengan secara konsentrik itu sepanjang akson yang dikenal yakni dengan sebutan selubung mielin. Pada sistem saraf pusat, selubung mielin ini terbentuk oleh oligodendrosit.

Sel Schwann ini ialah sebagai neuron unipolar, sebagaimana pada oligodendrosit, yang membentuk mielin serta neurolemma pada SST. Neurolema ini ialah membran sitoplasma halus yang dibentuk dari sel–sel Schwann yang membungkus serabut akson neuron di dalam SST, baik yang bermielin atau juga tidak bermielin. Neurolema ini adalah struktur penyokong serta pelindung bagi serabut akson.


Selubung Mielin

Selubung-Mielin

Selubung mielin ini merupakan lapisan yang melingkari akson secara konsentris serta terdiri dari lipid dan neurokeratin. Pada susunan saraf pusat selubung mielin tersebut dibentuk oleh sel oligodendroglia sedangkan untuk susunan saraf tepi itu dibentuk oleh sel Schwann.
Dalam keadaaan segar selubung mielin ini sangat refraktil serta putih (mielin ini memberikan warna putih pada substansia alba otak serta medula spinalis).


Proses Pembentukan Selubung Mielin

Proses pembentukan selubung mielin ini diawali oleh terjadinya invaginasi serat saraf itu ke dalam sitoplasma sel Schwann. Kedua ujung sitoplasma sel Schwann tersebut kemudian akan menyatu serta juga membungkus serat saraf. Tempat penyatuan awal ini dikenal ialah sebagai mesaxon interna. Mesaxon setelah itu meluas ke arah di dalam membentuk lapisan atau juga lamel-lamel sitoplasma sel Schwann. Sitoplasma sel Schwann tersebut lalu menghilang serta pada ke dua sisi di dalam membran sitoplasma tersebut akan menyatu dan juga menebal membentuk garis perioda. Membran ekstraselular dari sitoplasma sel Schwann tersebut kemudian mendekat namun  tidak menyatu dan membentuk garis interperioda. Pada akhir proses mielinisasi tersebut terjadi penyatuan dinding sitoplasma sel Schwann untuk kedua kali yang disebut sebutan mesaxon eksterna.

Pada saat penyatuan kedua sisi di dalam membran sitoplasma sel Schwann itu terdapat kegagalan pada beberapa tempat sehingga kemudian akan meninggalkan sejumlah kecil sitoplasma yang terjerat di dalam selubung milein yang dikenal ialah sebagai celah atau insisura Schmidt Lanterman. Fiksasi itu dengan menggunakan osmium tetraoksida bisa atau dapat menunjukkan adanya celah Schmidt Lanterman. Pada SSP, proses pembentukan selubung mielin tersebut berjalan serupa itu dengan proses pembentukan di SST, namun pada SSP satu sel oligodendroglia tersebut bisa atau dapat membuat selubung mielin untuk beberapa serat saraf.
Hipotesis mengenai pembentukan lamel-lamel mielin ini juga dikenal denga sebutan teori “Jelly Roll”.


Fungsi Selubung Mielin

Fungsi selubung mielin ini ialah seperti insulator pada kawat listrik. Arus listrik tersebut meloncat dari dari nodus Ranvier yang satu ke nodus Ranvier berikutnya itu dengan sangat cepat (saltatory conduction). Dengan demikian kecepatan rambat saraf listrik pada saraf yang bermielin itu jauh lebih cepat apabila dibandingkan dengan serat saraf tanpa mielin.

Fungsi Sel Glia (Neuroglia)

Adapun fungsi dari Sel Glia (Neuroglia) ini diantaranya ialah sebagai berikut :

  1. Membentuk selubung Mielin sel Saraf
  2. Menyediakan Nutrisi bagi Sel Saraf (neuron)
  3. Mempertahankan keseimbangan tubuh
  4. Berpartisipasi di dalam transmisi sinyal sistem saraf

Demikianlah penjelasan megnenai Pengertian Sel Glia (Neuroglia), Klasifikasi, Jenis, Struktur dan Fungsi, semoga apa yang diuraikan dapat bermanfaat untuk anda. Terima kasih

Lihat Juga  √ Pengertian MAN, Fungsi, Tujuan, Ciri dan Dampaknya
Lihat Juga  Zaman Neolitikum
Lihat Juga  √ Pengertian Selubung Mielin